

Fifteen years after the collapse of the US investment bank Lehman Brothers triggered a devastating global financial crisis, the banking system is in trouble again. Central bankers and financial regulators each seem to bear some of the blame for the recent tumult, but there is significant disagreement over how much – and what, if anything, can be done to avoid a deeper crisis.
LONDON/NAIROBI – Setiap tahun, sekitar sembilan juta orang di seluruh dunia – setara dengan jumlah penduduk Austria – meninggal karena kelaparan atau penyakit yang berhubungan dengan kelaparan. Ini adalah sebuah tragedi, tapi gangguan COVID-19 terhadap rantai pasok makanan berisiko untuk meningkatkan jumlah ini sebesar dua kali lipat pada tahun 2020.
Hal ini adalah dampak terselubung dari pandemi virus corona, dan dampaknya akan dirasakan oleh kelompok yang paling miskin dan rentan. Untuk mencegah kematian yang bisa dihindari ini, pertama kita harus mengakui bahwa Afrika, Asia Selatan, dan wilayah-wilayah miskin lainnya tidak bisa melakukan lockdown atau berupaya membendung penyakit ini dengan meniru langkah-langkah yang dilakukan oleh negara-negara Barat. Sebaliknya, mereka harus menemukan cara mereka sendiri untuk menyeimbangkan risiko dari virus ini dengan risiko penghidupan dan kehidupan yang ditimbulkan dari upaya untuk mengalahkan virus ini.
Yang paling penting, komunitas internasional harus bertindak saat ini juga untuk memastikan rantai pasok pangan tetap beroperasi. Jika tidak, di negara-negara termiskin di dunia, dampak yang tidak diharapkan dari obat terhadap virus ini akan menjadi lebih buruk dari penyakitnya.
To continue reading, register now.
Subscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
Subscribe
As a registered user, you can enjoy more PS content every month – for free.
Register
Already have an account? Log in